Selasa, 26 Februari 2013

Part 8: REINFORCEMENT


         “Rekia, bantu aku dengan mengalihkan kepalanya yang paling kanan, aku akan berusaha menyerangnya dengan Ziegler” ucap Landga. Dengan sigap Rekia berlari dengan cepat menuju kepala naga yang paling kanan sembari melafalkan mantra api andalannya. “Fire Blast ! “ Teriak Rekia bersama para pasukan dibelakangnya dengan penuh semangat, meskipun tak bisa dipungkiri mimic wajah ketakutan melekat pada mereka.
            Rekia bersama pasukan berhasil mengalihkan kepala naga itu hingga terfokus padanya.  Dari mulut naga itu keluarlah energy-energy berkekuatan besar menyembur kearah para prajurit, yang bisa mereka lakukan adalah menghindar, menghindar, dan menghindar. Ada beberapa dari mereka mencoba menyerang namun usaha mereka kandas juga karena terlalu kebalnya makhluk tersebut terhadap serangan ‘kecil’ yang dilakukan oeh para prajurit.
            “Sial ! makhluk macam apa ini?! Semua serangan kami tidak dapat menembusnya, melukainya pun tidak…sial…ahhh apa yang dilakukan Landga? Dimana dia? Argghh”, gumam Rekia agak kesal. Semua es didaerah tersebut pun sudah menjadi pecahan-pecahan kecil yang hanya bisa dipijak oleh seorang saja. “Sepertinya sudah cukup…akan aku coba semampuku…semoga ini berhasil..” ucap Landga sembari mulai berlari menyongsong kepala naga tersebut. “Rekia !!! aku ingin bantuanmu sekali lagi..” teriak Landga sambil berlari membawa Ziegler yang terlihat agak berbeda dari biasanya. “Cih…darimana saja kau?…tapi sepertinya kali ini agak berbeda..! baiklah akan kulakukan !” kata Rekia. “ Ice spikes..” teriak Rekia menyerang naga itu.  Bunyi gemuruh pecahan es yang ditujukan ke naga itu pun terpecahkan oleh teriakan Landga yang tepat melompat diatas kepala naga tersebut. Sesaat semua berubah menjadi hening dan setelahnya silauan cahaya memancar dari atas.
            Akhirnya satu satunya serangan elemen petir yang ditunggu-tunggu dalam pertempuran itupun terjadi. Tepat dikepala naga itu, kilatan cahaya yang terjadi membuat mata semua prajurit silau karenanya. Setelah bertarung selama satu jam akhirnya satu-satunya luka yang terjadi pada makhluk itupun tercipta. Sebuah goresan dimata sebelah kiri kepala naga yang paling kanan terbentuk, ya…..sebuah goresan, hanya goresan. Landga pun terpental jauh akibat seranganya itu. “Sial….hanya itukah? Jujur saja sebenarnya aku berekspetasi lebih terhadap serangan barusan ! “ ungkap Landga kesal. Entah karena kesal terhadap serangan Landga tersebut atau karena memang sudah bosan dengan pertempuran yang terlihat timpang ini, sang pria berjubah mengangkat tongkatnya yang bertahtakan batu berwarna biru itu keudara, sontak naga air itu mulai bergerak menggoyang-goyangkan kelima kepalanya dan mulai mengelurakan bola energi dimulutnya, mungkin saja gerakan mengangkat tongkat tadi berarti meluluh lantahkan musuh atau membumihanguskan para semut atau apapun itu pasti bukan sesuatu yang pastinya akan diamini oleh para prajurit.
            Lima kepala naga itu mulai bersiap siap untuk melontarkan bola energi yang seolah-olah telah mampat dan bersiap untuk meletus. Kembali terjadi, kilauan cahaya menyelimuti daerah tersebut, namun bukan kilauan seperti yang sebelumnya yang telah menghancukan ekspetasi Landga, melainkan kilauan yang akan membuat ekspetasi para prajurit berubah menjadi kenyataan….ya, ekspetasi akan kematian.
            “Gawat ! “, “Sial..kenapa jadi seperti ini?!!” ucap Rekia dan Landga. Akhirnya sungguh terjadi, energy itu menyembur dari kelima mulut naga tersebut, dari kelima semburan itulah seluruh sektor tersebut ‘disapu’ olehnya. Suara patahan-patahan kayu terdengar sayup di telinga Rekia, dentingan logam yang berbenturan akibat tersapu energy tersebut terdengar jelas, sesekali terdengar jeritan prajurit dan kemudian menghilang dengan cepat. Rekia pun tenggelam kedalam air, ia terbawa arus menuju kekedalaman lautan, dari bawah sana ia melihat sinaran-sinaran yang lalu lalang menyapu apapun yang ada diatas permukaan air. “Ya..Tuhan aku tidak boleh mati disini..”. ucap Rekia dalam hati.
            Hanya sesaat setelah serangan itu berakhir, semuanya terlihat jelas. Seluruh kapal hancur menyisakan puing-puing kayu bertebaran dimana-mana. Terlihat Landga terkatung-katung oleh ombak sambil memegangi pecahan kayu dari kapalnya. “Aku tidak menyangka akan seburuk ini jadinya.” ucap Landga sembari berdiri diatas pecahan kayu tersebut. Terdengar geraman dari naga tersebut seolah ingin menegaskan betapa superior dirinya.
            “DOUBLE BLADE DESTRUCTION..” teriak seorang  yang melompat dan menebaskan kedua pedangnya tepat dileher salah satu naga yang hendak menelan Landga bulat-bulat. Sungguh diluar dugaan, satu kepala hydra yang paling kanan pun putus oleh serangan tiba-tiba tersebut. Seluruh mata yang melihat dibuat tercengang olehnya. “ Betulkah itu komandan Abel?? ”, kata seorang prajurit kepada prajurit lainnya.
            “Hah..kau tau betul bagaimana  caranya muncul dengan mengesankan” ,ungkap Landga sembari tersenyum kecil. “Bagiku image-lah yang nomor satu..hahhaha” balas Abel tertawa. “Ayolah bangkit dan bawa sisa prajuritmu ke barikade kapalku, disana sudah ada Xaver dan Vega yang menunggu…” kata Abel cepat. Terlihat Hydra yang tadinya menggeliat mulai tenang dan diam. “Ketika ia mulai diam itulah saatnya kami untuk waspada” kata Xaver kepada Vega. “Lihat saja, sebentar lagi kepalanya akan tumbuh kembali ”, kata Vega yang ucapannya membuat orang seisi dek kapal terdiam.
            Abel pun berdiri ditengah tengah padang kehancuran, disusul oleh Xaver dan Vega dibelakangnya. “Sepertinya ini akan menjadi pertempuran yang sangat mengesankan” , kata Xaver tersenyum. “Lebih baik suruh Landga dan Rekia medahului kita ke Zentar demi memastikan tempat dipesisir selatan” , kata Abel. Terlihat Rekia sedang diangkut oleh prajurit menuju kapal. “Hah..satu kepalanya telah terpotong? ”,  kata Rekia. “Benar, Komandan Abel-lah yang telah melakukannya”, kata seorang prajurit membalas.
            “Sekarang saatnya kita beraksi kawan”,  ucap Vega kepada rekan-rekannya. Akhirnya bala bantuan pun datang membantu, mereka bahu membahu melawan Gees tersebut ditengah lautan yang membatasi kedua kerajaan tersebut.  “ Yuzza, kau terlalu berani maju kedepan ! manfaatkan range dari busurmu kelihatannya akan lebih bijak! ”,  teriak Vega kepada Yuzza seorang prajurit special bersenjatakan busur dari batalyon ke 6 yang juga teman dekat dari komandan Xaver. “ Satu…dua..tiga..empat lima enam…sembilan..tigabelas..limabelas… ‘Shadow Pierce’… “ ,  gumam Yuzza sambil berlari menyerong naga tersebut. Sontak sebuah panah dengan energy berwana hitam kelam pekat melaju dengan kecepatan tinggi menuju sosok berjubah diatas salah satu kepala naga air tersebut, namun sayang serangan tersebut masih mampu dihindari sosok tersebut. Seolah membalas serangan tersebut sosok berjubah biru itu membalas dengan mengucap mantra yang sangat asing ditelinga para prajurit, namun bukan semata asing karena jurus tersebut terkesan ‘baru’ bagi orang-orang tersebut, namun memang asing karena level dari jurus tersebut yang terlampau jauh dari orang-orang tersebut.
            “Elemen air..” , ucap sosok berjubah itu lirih. Sekejap saja air yang semula mengalir sebagaimana mestinya mulai berubah arah, tak butuh waktu lama hingga arus tersebut menciptakan sebuah gerakan memutar spiral beraturan yang dimaksud dalam legenda sebagai ‘Kuburan Laut’. Semua orang disana mulai terbawa arus yang semakin lama semakin cepat saja. “Jadi ini lah yang disebut sebagai ‘Kuburan Laut’ dibuku yang ditulis oleh Chev ke-2 , yaah..memang mengerikan ternyata seperti yang tergambar dibukunya…hahaha “ , ungkap Yuzza santai. Disaat kecepatan pusaran benar-benar menjadi cepat, saat itulah kepanikan melanda. “Elemen air..’cold way’….…apa?? Brengsek ! tak kusangka sampai sejauh ini..hingga jurus ini tersegel oleh ‘conceal’..sepertinya inilah kenapa dinamakan ‘Kuburan Laut’ “ , ucap Vega sedikit kesal sembari terombang-ambing ditengah pusaran yang semakin lama semakin menuju pusatnya. Adalah conceal itu sebuah efek yang ada pada jurus-jurus tingkat tinggi untuk melindungi eksistensi penggunaan jurus tersebut diareanya ,sehingga segala bentuk jurus yang dilakukan pada jangkauannya akan ter-cancel .
            Suara gemuruh air semakin terdengar riuh diselingi jeritan para prajurit yang takut akan kematian yang menghadang didepannya. “Maaf aku tidak bisa menunggu saja dikapal…” ucap Landga sembari menebaskan pedangnya ke sosok misterius tersebut. Tepat diatas kepala Hydra Landga mengayunkan Zieglernya ketubuh orang itu, ‘Kuburan Laut’ pun berubah menjadi lautan kembali, namun dibalik itu, sial adanya untuk Landga, tebasan itu belum mampu untuk membunuh orang tersebut, tak heran jika ditilik level jurus yang digunakan, orang tersebut tidak akan mati hanya dalam satu tebasan saja, namun tidak terburu-buru bagi Landga untuk segera menjudge dewi fortuna belum berpihak padanya, karena dibalik tebasan itu pula, tersingkaplah jubah yang selama ini menutupi sosok tersebut. Dibalik jubah biru tersebut terdapat sosok yang mungkin akan membuat para prajurit tercengang melihatnya.
            “oohh rupanya dirimu…tak kusangka kau melakukan sampai sejauh ini..” ucap Landga. “Kukira rencanamu hanya ingin mengkudeta pemerintahan Chev Shira…” tambah Landga . “Bukankah menyenangkan dapat menggunakan kekuatan Gees yang berlimpah untuk menggulingkan pemerintahan Detrous, dimana kerajaan yang semestinya menjadi miliku ini komandan? “ , balas Orang itu. Landga diam beberapa saat, sambil menyiagakan kembali pedangnya kemudian mengangkat pedang tersebut sejajar bahunya lalu menodongkannya kearah orang tersebut sambil berkata, “Kau atau Aku yang mati..Syura !! ” .


Dan_26 February 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar