“Rekia, bantu aku dengan mengalihkan
kepalanya yang paling kanan, aku akan berusaha menyerangnya dengan Ziegler”
ucap Landga. Dengan sigap Rekia berlari dengan cepat menuju kepala naga yang
paling kanan sembari melafalkan mantra api andalannya. “Fire Blast ! “ Teriak
Rekia bersama para pasukan dibelakangnya dengan penuh semangat, meskipun tak
bisa dipungkiri mimic wajah ketakutan melekat pada mereka.
“Sial ! makhluk macam apa ini?!
Semua serangan kami tidak dapat menembusnya, melukainya pun tidak…sial…ahhh apa
yang dilakukan Landga? Dimana dia? Argghh”, gumam Rekia agak kesal. Semua es
didaerah tersebut pun sudah menjadi pecahan-pecahan kecil yang hanya bisa
dipijak oleh seorang saja. “Sepertinya sudah cukup…akan aku coba
semampuku…semoga ini berhasil..” ucap Landga sembari mulai berlari menyongsong
kepala naga tersebut. “Rekia !!! aku ingin bantuanmu sekali lagi..” teriak
Landga sambil berlari membawa Ziegler yang terlihat agak berbeda dari biasanya.
“Cih…darimana saja kau?…tapi sepertinya kali ini agak berbeda..! baiklah akan
kulakukan !” kata Rekia. “ Ice spikes..” teriak Rekia menyerang naga itu. Bunyi gemuruh pecahan es yang ditujukan ke
naga itu pun terpecahkan oleh teriakan Landga yang tepat melompat diatas kepala
naga tersebut. Sesaat semua berubah menjadi hening dan setelahnya silauan
cahaya memancar dari atas.
Akhirnya satu satunya serangan
elemen petir yang ditunggu-tunggu dalam pertempuran itupun terjadi. Tepat
dikepala naga itu, kilatan cahaya yang terjadi membuat mata semua prajurit
silau karenanya. Setelah bertarung selama satu jam akhirnya satu-satunya luka
yang terjadi pada makhluk itupun tercipta. Sebuah goresan dimata sebelah kiri
kepala naga yang paling kanan terbentuk, ya…..sebuah goresan, hanya goresan.
Landga pun terpental jauh akibat seranganya itu. “Sial….hanya itukah? Jujur
saja sebenarnya aku berekspetasi lebih terhadap serangan barusan ! “ ungkap
Landga kesal. Entah karena kesal terhadap serangan Landga tersebut atau karena
memang sudah bosan dengan pertempuran yang terlihat timpang ini, sang pria berjubah
mengangkat tongkatnya yang bertahtakan batu berwarna biru itu keudara, sontak
naga air itu mulai bergerak menggoyang-goyangkan kelima kepalanya dan mulai
mengelurakan bola energi dimulutnya, mungkin saja gerakan mengangkat tongkat
tadi berarti meluluh lantahkan musuh atau membumihanguskan para semut atau
apapun itu pasti bukan sesuatu yang pastinya akan diamini oleh para prajurit.
Lima kepala naga itu mulai bersiap
siap untuk melontarkan bola energi yang seolah-olah telah mampat dan bersiap
untuk meletus. Kembali terjadi, kilauan cahaya menyelimuti daerah tersebut,
namun bukan kilauan seperti yang sebelumnya yang telah menghancukan ekspetasi
Landga, melainkan kilauan yang akan membuat ekspetasi para prajurit berubah
menjadi kenyataan….ya, ekspetasi akan kematian.
“Gawat ! “, “Sial..kenapa jadi
seperti ini?!!” ucap Rekia dan Landga. Akhirnya sungguh terjadi, energy itu
menyembur dari kelima mulut naga tersebut, dari kelima semburan itulah seluruh
sektor tersebut ‘disapu’ olehnya. Suara patahan-patahan kayu terdengar sayup di
telinga Rekia, dentingan logam yang berbenturan akibat tersapu energy tersebut
terdengar jelas, sesekali terdengar jeritan prajurit dan kemudian menghilang
dengan cepat. Rekia pun tenggelam kedalam air, ia terbawa arus menuju
kekedalaman lautan, dari bawah sana ia melihat sinaran-sinaran yang lalu lalang
menyapu apapun yang ada diatas permukaan air. “Ya..Tuhan aku tidak boleh mati
disini..”. ucap Rekia dalam hati.
Hanya sesaat setelah serangan itu
berakhir, semuanya terlihat jelas. Seluruh kapal hancur menyisakan puing-puing
kayu bertebaran dimana-mana. Terlihat Landga terkatung-katung oleh ombak sambil
memegangi pecahan kayu dari kapalnya. “Aku tidak menyangka akan seburuk ini
jadinya.” ucap Landga sembari berdiri diatas pecahan kayu tersebut. Terdengar
geraman dari naga tersebut seolah ingin menegaskan betapa superior dirinya.
“DOUBLE BLADE DESTRUCTION..” teriak
seorang yang melompat dan menebaskan
kedua pedangnya tepat dileher salah satu naga yang hendak menelan Landga
bulat-bulat. Sungguh diluar dugaan, satu kepala hydra yang paling kanan pun
putus oleh serangan tiba-tiba tersebut. Seluruh mata yang melihat dibuat
tercengang olehnya. “ Betulkah itu komandan Abel?? ”, kata seorang prajurit
kepada prajurit lainnya.
“Hah..kau tau betul bagaimana caranya muncul dengan mengesankan” ,ungkap
Landga sembari tersenyum kecil. “Bagiku image-lah yang nomor satu..hahhaha”
balas Abel tertawa. “Ayolah bangkit dan bawa sisa prajuritmu ke barikade
kapalku, disana sudah ada Xaver dan Vega yang menunggu…” kata Abel cepat.
Terlihat Hydra yang tadinya menggeliat mulai tenang dan diam. “Ketika ia mulai
diam itulah saatnya kami untuk waspada” kata Xaver kepada Vega. “Lihat saja,
sebentar lagi kepalanya akan tumbuh kembali ”, kata Vega yang ucapannya membuat
orang seisi dek kapal terdiam.
Abel pun berdiri ditengah tengah
padang kehancuran, disusul oleh Xaver dan Vega dibelakangnya. “Sepertinya ini
akan menjadi pertempuran yang sangat mengesankan” , kata Xaver tersenyum.
“Lebih baik suruh Landga dan Rekia medahului kita ke Zentar demi memastikan
tempat dipesisir selatan” , kata Abel. Terlihat Rekia sedang diangkut oleh
prajurit menuju kapal. “Hah..satu kepalanya telah terpotong? ”, kata Rekia. “Benar, Komandan Abel-lah yang
telah melakukannya”, kata seorang prajurit membalas.
“Sekarang saatnya kita beraksi
kawan”, ucap Vega kepada rekan-rekannya.
Akhirnya bala bantuan pun datang membantu, mereka bahu membahu melawan Gees
tersebut ditengah lautan yang membatasi kedua kerajaan tersebut. “ Yuzza, kau terlalu berani maju kedepan !
manfaatkan range dari busurmu kelihatannya akan lebih bijak! ”, teriak Vega kepada Yuzza seorang prajurit
special bersenjatakan busur dari batalyon ke 6 yang juga teman dekat dari
komandan Xaver. “ Satu…dua..tiga..empat lima
enam…sembilan..tigabelas..limabelas… ‘Shadow Pierce’… “ , gumam Yuzza sambil berlari menyerong naga
tersebut. Sontak sebuah panah dengan energy berwana hitam kelam pekat melaju
dengan kecepatan tinggi menuju sosok berjubah diatas salah satu kepala naga air
tersebut, namun sayang serangan tersebut masih mampu dihindari sosok tersebut.
Seolah membalas serangan tersebut sosok berjubah biru itu membalas dengan
mengucap mantra yang sangat asing ditelinga para prajurit, namun bukan semata
asing karena jurus tersebut terkesan ‘baru’ bagi orang-orang tersebut, namun
memang asing karena level dari jurus tersebut yang terlampau jauh dari
orang-orang tersebut.
“Elemen air..” , ucap sosok berjubah
itu lirih. Sekejap saja air yang semula mengalir sebagaimana mestinya mulai
berubah arah, tak butuh waktu lama hingga arus tersebut menciptakan sebuah
gerakan memutar spiral beraturan yang dimaksud dalam legenda sebagai ‘Kuburan
Laut’. Semua orang disana mulai terbawa arus yang semakin lama semakin cepat
saja. “Jadi ini lah yang disebut sebagai ‘Kuburan Laut’ dibuku yang ditulis
oleh Chev ke-2 , yaah..memang mengerikan ternyata seperti yang tergambar
dibukunya…hahaha “ , ungkap Yuzza santai. Disaat kecepatan pusaran benar-benar menjadi
cepat, saat itulah kepanikan melanda. “Elemen air..’cold way’….…apa?? Brengsek
! tak kusangka sampai sejauh ini..hingga jurus ini tersegel oleh ‘conceal’..sepertinya
inilah kenapa dinamakan ‘Kuburan Laut’ “ , ucap Vega sedikit kesal sembari
terombang-ambing ditengah pusaran yang semakin lama semakin menuju pusatnya.
Adalah conceal itu sebuah efek yang ada pada jurus-jurus tingkat tinggi untuk
melindungi eksistensi penggunaan jurus tersebut diareanya ,sehingga segala
bentuk jurus yang dilakukan pada jangkauannya akan ter-cancel .
Suara gemuruh air semakin terdengar
riuh diselingi jeritan para prajurit yang takut akan kematian yang menghadang
didepannya. “Maaf aku tidak bisa menunggu saja dikapal…” ucap Landga sembari
menebaskan pedangnya ke sosok misterius tersebut. Tepat diatas kepala Hydra
Landga mengayunkan Zieglernya ketubuh orang itu, ‘Kuburan Laut’ pun berubah
menjadi lautan kembali, namun dibalik itu, sial adanya untuk Landga, tebasan
itu belum mampu untuk membunuh orang tersebut, tak heran jika ditilik level
jurus yang digunakan, orang tersebut tidak akan mati hanya dalam satu tebasan
saja, namun tidak terburu-buru bagi Landga untuk segera menjudge dewi fortuna
belum berpihak padanya, karena dibalik tebasan itu pula, tersingkaplah jubah
yang selama ini menutupi sosok tersebut. Dibalik jubah biru tersebut terdapat
sosok yang mungkin akan membuat para prajurit tercengang melihatnya.
“oohh rupanya dirimu…tak kusangka
kau melakukan sampai sejauh ini..” ucap Landga. “Kukira rencanamu hanya ingin
mengkudeta pemerintahan Chev Shira…” tambah Landga . “Bukankah menyenangkan
dapat menggunakan kekuatan Gees yang berlimpah untuk menggulingkan pemerintahan
Detrous, dimana kerajaan yang semestinya menjadi miliku ini komandan? “ , balas
Orang itu. Landga diam beberapa saat, sambil menyiagakan kembali pedangnya
kemudian mengangkat pedang tersebut sejajar bahunya lalu menodongkannya kearah
orang tersebut sambil berkata, “Kau atau Aku yang mati..Syura !! ” .
Dan_26
February 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar